Senin, 31 Mei 2010

SENYUM

Para pujangga menggambarkan bahwa senyuman itu seperti magnet yang memberikan kekuatan menarik perhatian bagi yang memandang dan di senyuman apabila diberikan dengan tulus ikhlas akan tampak seperti pijaran sinar kemuliaan yang menyilaukan dan memberi terang aura bagi si pemilik senyuman itu sendiri. Coba kita hayati dalam hati yang jujur, sudahkan kita senyum? Kepada siapa kita harus senyum? Berapa lama senyum kita bertahan? Bagaimana makna dari senyuman kita. Senyuman kita tulus apa ada tendensi untuk sesuatu hal? Jawablah dengan hati dan sudah pasti yang bisa menjawab adalah kita sendiri yang mempunyai senyuman tersebut. Lebih pantas kita bercermin pada diri kita sendiri apabila kita ingin mendapat suatu kemulyaan dari Sang Pencipta senyum yaitu Allah SWT (www.matabumi.com).


Lalu, bagaimanakah senyum di Setu Indah?

Bpk S (SI I) :

“Jangankan senyum, wong buka kaca mobil aja tetangga baru saya itu nggak pernah, kayaknya asli orang kota deh”

Ibu DS (SI XV) :

“Senyum?, cape deh….emang ini lokasi KKN (Kuliah Kerja Nyata)”

Adik R (SI XV) :

“Orang yang lewat serem-serem, nggak mau senyum”


Itulah jawaban dari 3 orang warga Setu Indah (yang pasti belum mewakili populasi). Namun demikian sudah sedemikian sombongkah kita, hingga senyum saja kita nggak sempat?

Marilah kita budayakan saling tersenyum di komplek kita, sebelum tahap selanjutnya yaitu sapa dan salam.